PUISI MENYAYAT HATI DALAM GELARAN MUSYAWARAH RAKYAT BANTEN MENOLAK PIK-2 YANG DI PSN-KAN
Senin, 16 Desember 2024
Faktakini.info
*PUISI MENYAYAT HATI DALAM GELARAN MUSYAWARAH RAKYAT BANTEN MENOLAK PIK-2 YANG DI PSN-KAN*
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
Saat puisi dengan judul 'UNTUK SESEORANG YANG AKU PANGGIL EMAK', dibacakan pada agenda Musyawarah Rakyat Banten di Aula Kecamatan Pontang, kemarin (Ahad, 15/12), mungkin penulis boleh mengklaim sebagai pihak yang paling menikmati. Meski sang pembaca puisi berulangkali mengingatkan 'anggap saja Bapak/Ibu Mendengar', tetapi itu tidak berlaku bagi penulis.
Penulis bisa katakan, seluruh puisi yang dibacakan, baik yang bertema tentang Tanah Banten yang dirampas oligarki, kepedihan rakyat Banten yang menjadi yatim tak tahu mau mengadu kepada siapa, hingga puisi tentang komitmen seorang 'Anak Lanang' kepada emaknya, semuanya nyaris bisa diberi predikat 'sempurna'. Penulis tidak pura-pura mendengar, tetapi benar-benar mendengar dan menikmati.
Dari pilihan kata, pembawaan, intonasi suara, seolah menyihir para pendengar. Apalagi, bagi yang mendalami atau setidaknya mencintai seni dan sastra.
Setiap bait sajak 'UNTUK SESEORANG YANG AKU PANGGIL EMAK' dibacakan, pikiran penulis larut, terbang menerawang. Seolah kembali ke desa, kembali menjadi seorang lelaki yang tetap kecil dimata emak. Kembali menyelami di kedalaman batin yang paling terkucil, merasai bahwa bukan hanya raga, bahkan jiwa pun sudah tak lagi penting.
Entahlah, walau sajak yang dibawakan menegaskan bahwa lelaki tak boleh cengeng, komitmen anak kepada emak, anak lelakinya akan terus menjadi pejuang, tapi apalah daya.....
Setiap lelaki adalah manusia dari kaumnya,
Setiap manusia juga punya air mata.
Nah, dalam dimensi kemanusiaan itulah, penulis larut dalam puisi yang dibacakan, dan tak terasa, buliran bening dari kedua kelopak mata meluruh ke pipi. Sesekali diseka, namun tetap saja kembali meleleh.
Ah, mungkin saja itu karena derita Banten bukan lah derita mereka. Derita Banten, juga derita penulis, bahkan derita seluruh rakyat Indonesia.
Derita kaum papa, derita kaum termarginal, kaum mustad'afin yang terus di eksploitasi dan ditindas oleh para oligarki rakus perampas tanah rakyat. Derita seorang anak lelaki, yang tetap menjadi lelaki kecil dihadapan sang emak, yang setiap menjelang tidur diceritakan dongeng yang seolah terlalu nyata.
Wahai Emak Banten,
Utuslah putramu, anak lelakimu, untuk berjuang melawan kezaliman. Ingatkan kepada mereka:
LELAKI TAK BOLEH CENGENG, LELAKI TAK BOLEH MENYERAH, LELAKI HARUS MELAWAN. TAK BOLEH ADA AIR MATA LELAKI ANAK BANTEN, YANG MENYERAH PADA KERAKUSAN OLIGARKI PIK-2.
Larutkan tangis itu pada doa, pada aduan Rabb semesta, Allah SWT. Karena hanya Allah SWT, asas kemenangan kita.
_"Setiap lelaki, adalah putra dari emaknya. Setiap emak, menginginkan anak lelakinya menjadi pejuang, bukan pecundang"_
_"Setiap Emak, menyayangi anak lelakinya. Sebagaimana Rakyat Banten, menyayangi bumi warisan leluhurnya"_
_"Setiap Emak, tak ridho tanah Banten dijajah oligarki. Melawan-lah wahai anak emak Banten!"_
Allahu Akbar ! [].