Marzuki Nyak Mad Jejak Karier Sang Legenda Sepakbola Indonesia

 




Jum'at, 17 Januari 2025

Faktakini.info

Marzuki Nyak Mad

Jejak Karier Sang Legenda Sepakbola Indonesia


Marzuki Nyak Mad lahir di Sigli pada 17 Juli 1964. Meski lahir di Sigli, masa kecil dan remajanya dihabiskan di Medan setelah keluarganya pindah dari Sigli ke kota tersebut. Di Medan, ia tinggal tak jauh dari Lapangan Benteng dan Stadion Kebun Bunga, markas PSMS Medan. Dari sekadar menyaksikan latihan dan pertandingan PSMS, Marzuki mulai tertarik mendalami sepak bola.

Bakatnya mulai terasah saat bergabung dengan klub anggota PSMS, Torpedo. Kemampuan Marzuki menarik perhatian para pencari bakat PSMS. Selain membela Torpedo, ia juga kerap dipinjam oleh klub anggota PSMS lainnya, seperti Pita Sutra, untuk bermain di berbagai turnamen. Kualitasnya dalam menjaga lini pertahanan membuat pelatih PSMS Junior, Eddy Simon, memanggilnya untuk memperkuat PSMS Junior di ajang Suratin Cup 1980.


Debut di Suratin Cup 

Meski menjadi pemain termuda dalam tim, Marzuki tidak canggung bermain bersama bintang muda PSMS seperti Eddy Harto, Bambang Usmanto, Juanda, dan Ricky Yacob. Sayangnya, Marzuki mengalami cedera dalam babak penyisihan sehingga absen saat PSMS Junior melaju hingga final dan menjadi juara usai mengalahkan Persiter Junior 3-0.

Tidak patah semangat, Marzuki terus mengasah kemampuannya. Pada Suratin Cup 1982, ia kembali dipanggil pelatih PSMS Junior, Subekti, untuk memperkuat tim bersama pemain-pemain seperti Donny Latuperissa, Fidel Ganis Siregar, dan Jaya Hartono. Meski PSMS Junior gagal menjadi juara, performa Marzuki menarik perhatian PSSI. Ia dipanggil memperkuat PSSI Pelajar dan tampil memukau dalam turnamen di Bangkok.


Berlatih di Brasil dan Karier Bersama PSSI Garuda 

Penampilan apik di PSSI Pelajar membuat Marzuki bersama dua rekannya, Azhari Rangkuti dan Patar Tambunan, dipanggil memperkuat PSSI Garuda yang berlatih di Brasil di bawah asuhan pelatih Barbatana. Keuletan dan kecerdasannya dalam membaca permainan menjadikan Marzuki pilihan utama di PSSI Garuda, bahkan dipercaya sebagai kapten tim.

Pada Final Divisi Utama Perserikatan 1982/1983, PSMS mengalami krisis pemain akibat cedera. Marzuki dan Azhari Rangkuti dipanggil untuk memperkuat PSMS dalam laga penentu melawan Persebaya. Marzuki tampil solid mengawal lini belakang PSMS hingga berhasil menang 1-0, berkat gol Suherman. Di final melawan Persib Bandung, ia kembali tampil gemilang, mematahkan serangan Adjat Sudrajat. PSMS akhirnya menjadi juara setelah menang adu penalti, mencatatkan gelar kelima mereka.


Bersinar di Timnas Indonesia 

Penampilan gemilang Marzuki bersama PSSI Garuda sepanjang 1984-1985 membawanya ke tim PSSI Pra Piala Dunia 1986 di bawah pelatih Sinyo Aliandoe. Awalnya ia tidak masuk dalam daftar pemain, namun desakan publik membuat namanya dimasukkan. Keputusan ini terbukti tepat. Marzuki berkolaborasi dengan Herry Kiswanto dan Warta Kusuma untuk menghadang serangan Thailand, India, dan Bangladesh. Meski nyaris lolos ke putaran akhir, langkah mereka terhenti oleh Korea Selatan.

Marzuki juga menjadi bagian penting Timnas di Asian Games 1986 di Seoul. Bersama Abdul Rahman Gurning dan Robby Darwis, ia tampil solid di lini belakang. Timnas berhasil melaju hingga semifinal sebelum kalah dari Korea Selatan.


Kesuksesan SEA Games 1987 

Pada 1987, Marzuki makin bersinar. Salah satu momen puncaknya adalah ketika ia berhasil mematikan pergerakan bintang PSV Eindhoven, Ruud Gullit, dalam laga persahabatan yang berakhir 3-3. Tahun tersebut menjadi tahun emas Marzuki bersama Timnas Indonesia. Ia sukses membawa Timnas juara Piala Kemerdekaan setelah mengalahkan Aljazair 2-1 di final.

Puncaknya adalah ketika Marzuki bersama rekan-rekannya seperti Ricky Yacob dan Ponirin Meka membawa Timnas meraih medali emas SEA Games 1987 di Jakarta setelah mengalahkan Malaysia 1-0 di final. Prestasi ini menjadi medali emas pertama sepak bola Indonesia di SEA Games.


Pindah ke Persija dan Akhir Karier 

Setelah ajang Pra Piala Dunia 1986, Marzuki pindah dari PSMS ke Persija. Bersama Persija, ia tampil hingga Liga Indonesia III musim 1996/1997. Marzuki turut membawa Persija menjadi runner-up Divisi Utama Perserikatan 1987/1988.


Pada 1997, Marzuki memutuskan pensiun dari sepak bola dan berkarier di salah satu bank BUMN hingga masa pensiunnya. Kini, ia aktif dalam komunitas mantan pesepakbola nasional, termasuk memperkuat tim mantan PSMS dalam laga amal dan persahabatan.

Marzuki Nyak Mad dikenang sebagai salah satu bek terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, mewarisi tradisi hebat para legenda lini pertahanan PSMS. Namanya akan selalu tercatat dalam sejarah sepak bola nasional.


#MarzukiNyakMad

#SepakbolaNasional

#LegendaSepakIndonesia

#SoccerNostalgia