PAK PRABOWO, TUGAS KAMI YA CUMA NGOMONG! EKSEKUSI KEBIJAKAN ADA PADA ANDA SEBAGAI PRESIDEN R.I.!

 




Rabu, 23 April 2025

Faktakini.info

PAK PRABOWO, TUGAS KAMI YA CUMA NGOMONG! EKSEKUSI KEBIJAKAN ADA PADA ANDA SEBAGAI PRESIDEN R.I.!

Oleh : Ahmad Khozinudin

Sastrawan Politik 

"Pintar analisa yang saya tidak mengerti dasarnya apa. Tapi hari ini saya melihat anak bangsa menangkap praktisi-praktisi, tokoh yang mau kerja. Yang mau cari solusi, mau mencoba dan berani merintis dan berani memulai,"

[Prabowo Subianto, YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 23 April 2025]

Terus terang, penulis merasa ikut tersinggung dengan komentar Presiden Prabowo Subianto. Pasalnya, dia menyindir ada elit merasa pintar, tapi hanya pandai bicara. Menurut penulis, komentar seperti ini tak layak disampaikan oleh seorang Presiden.

Sebagaimana diketahui, Presiden Prabowo Subianto menyingung sebagian kecil elite Indonesia yang vokal dan merasa mereka pintar dalam konteks penyelesaian masalah pangan. Padahal, kata Prabowo, elite itu hanya pandai bicara dan menganalisa. Dibanding para elite itu, Prabowo memuji tokoh-tokoh berani kerja dan mencari solusi.

Hal itu disampaikan Prabowo ketika meresmikan Program Gerakan Indonesia Menanam di Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu, 23 April 2025.

Akan tetapi, Prabowo lupa. Bahwa dasar dari kebijakan itu adalah pemikiran. Dan untuk menyampaikan gagasan/pemikiran, ya harus ngomong.

Soal siapa yang punya wewenang untuk mengeksekusi gagasan yang terkait kebijakan, ya pemerintah. Ya Presiden. Rakyat yang mengkritisi, hanya bisa ngomong. Menyampaikan data, fakta, analisa, hingga kesimpulan dan rekomendasi. Rakyat atau elit pun, tak bisa melampaui wewenang selain hanya bisa ngomong.

Contohnya, saat terjadi perang dagang, Trump terapkan tarif 125 % untuk barang barang yang masuk Amerika, lalu China melawan dengan perlawanan serupa. Tentu kita akan berfikir, kemana China akan membuang produk mereka, setelah pasar Amerika dikunci oleh Trump dengan tarif 125 %?

Tentu, China akan mencari pasar alternatif. Pasar alternatif itu, meskipun tidak menguntungkan, setidaknya bisa untuk membuang produk China yang selama ini di eksport ke Amerika. Ibaratnya, jual modal pun ga apa. Bahkan, jual sedikit rugi pun ga apa. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, jika produk hasil industrialisasi China tidak terserap pasar.

Nah, ketika China melihat pasar Indonesia untuk pengalihan barang yang sebelumnya dijual di Amerika, khususnya produk pangan dan kebutuhan sehari-hari, semestinya Indonesia khawatir. Indonesia, semestinya segera melakukan proteksi pasar domestik dari produk China, agar industri dalam negeri tidak gulung tikar.

Sekarang coba Prabowo Subianto berfikir sejenak,

Gerakan menanam, itu kan tujuannya untuk panen. Setelah panen, kan ingin keuntungan dari penjualan hasil panen.

Lalu, apa manfaatnya menanam, jika kelak saat panen produk itu tak laku? Atau menjadi murah, karena pasar dibanjiri produk China? 

Dampaknya, kedepan petani pasti enggan menanam karena tidak mendapatkan intensif dalam berproduksi. Saat petani tidak menanam, maka sepenuhnya kebutuhan akan pangan dikontrol oleh produk China.

Ketika pasar dan rantai produksi nasional semua dikuasai China, mereka bisa tetapkan harga semau mereka. Karena tidak ada persaingan. Semua dimonopoli produk China. Lalu, rakyat Indonesia terpaksa beli produk China karena jika tidak mereka akan lapar dan mati.

Apa mau seperti ini, desain industri nasional kita? Desain ketahanan pangan nasional kita?

Pak Prabowo, sudahlah. Fokuslah bekerja. Kami akan mengontrolnya. Dan jangan salahkan kami jika cuma bisa ngomong. Karena semua kebijakan dan wewenang ada pada anda!

Atau, mau tukar posisi? Anda jadi rakyat, dan saya yang memimpin bangsa Indonesia. Jika itu yang terjadi, saya pastikan ANDA SAYA BEBASKAN NGOMONG 1 X 25 JAM DALAM SEHARI! [].