PENTINGNYA SIKAP AL WALA' & AL BARA DALAM MENGARUNGI SAMUDERA DAKWAH AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR, MENUNTUT SIAPAPUN YANG TERLIBAT DALAM PERISTIWA KM-50
Ahad, 6 April 2025
Faktakini.info
PENTINGNYA SIKAP AL WALA' & AL BARA DALAM MENGARUNGI SAMUDERA DAKWAH AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR, MENUNTUT SIAPAPUN YANG TERLIBAT DALAM PERISTIWA KM-50
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Sikap al-wala wal bara adalah sikap mencintai dan loyal kepada Allah dan Rasul-Nya, serta membenci dan berlepas diri dari apa yang dibenci Allah. Al-wala wal bara merupakan prinsip akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Diantara turunan dari sikap ini adalah tidak berteman dengan orang yang mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya, apalagi mencintainya, sekaligus hanya menjalin pertemanan dengan Allah SWT dan Rasul-Nya dan mencintai karena Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sikap Al Wala dan Al Bara juga mewujud dalam kebijakan politik. Misalnya, tidak mendukung tokoh atau calon yang didukung oleh orang yang zalim, yang membangkang pada Allah SWT dan rasul-Nya, dan hanya memberikan loyalitas dan dukungan kepada siapapun yang mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya.
Jika parameter Al Wala dan Al Bara diterapkan pada kasus KM-50, maka kita harus berlepas diri dengan siapapun yang terlibat dan menjadi pendukung rezim pembantai 6 syuhada di peristiwa KM-50. Kita tak butuh berteman dengan mereka, apalagi meminta bantuan mereka untuk memperjuangkan keadilan bagi para syuhada KM 50.
Kita tak butuh bersilaturahmi dengan orang-orang yang mendukung rezim, melakukan kriminalisasi pada sejumlah ulama dan aktivis, apalagi mereka berasal dari golongan orang-orang yang kafir. Justru kita, wajib menjaga ukhuwah sesama umat Islam, membangun sinergi bersama untuk memperjuangkan keadilan bagi 6 syuhada KM 50.
Bukan sikap yang Arif dan bijak, bahkan telah menyelisihi sikap Al Wala dan Al Bara, ketika kita rukun dan menjalin silaturahmi dengan para pendukung kezaliman KM 50, sementara kita abai pada sesama muslim yang ingin menjalin silaturahmi untuk memperjuangkan kepentingan umat. Ingat! Kemenangan karena pertolongan Allah SWT, bukan bantuan kaum pragmatis, para penjilat kekuasaan, yang posisinya tidak tegak lurus diatas jalan kebenaran, melainkan hanya berposisi disamping kekuasaan, siapapun penguasanya.
Berteman dengan pedagang minyak wangi, ketularan harumnya. Berteman dengan pandai besi, kecipratan apinya. Burung hanya akan terbang dengan yang sama bulunya.
Sikap Al Wala dan Al Bara, akan memposisikan kita berjuang dengan siapa dan atas kepentingan apa. Kita hanya berjuang dengan orang-orang yang loyal kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dan hanya untuk kepentingan izzul Islam wal Muslimin.
Apalagi, sikap Al Wala dan Al Bara ini harus muncul dari siapapun yang menjadi sosok pemimpin umat. Karena mereka, menjadi teladan sekaligus penunjuk jalan bagi umat.
Jika pemimpin telah kehilangan sikap Al Wala dan Al Bara, maka sungguh tidak akan ada jaminan keselamatan bagi umat mengikutinya. Karena rel perjuangan tidak lagi terikat pada Allah SWT dan Rasul-Nya, melainkan menjadi pragmatis, tunduk pada realita dan fakta.
Andaikan, Rasulullah Saw dahulu tunduk pada realita dan fakta, bersikap pragmatis, maka sungguh dunia akan tetap gelap gulita hingga hari ini. Namun Rasulullah Saw tidak tunduk pada fakta, berjuang mengubah fakta agar sejalan dengan idealisme syari'at Islam, hingga Allah SWT berikan pertolongan dan kemenangan bagi Islam, hingga tegaknya Daulah Islam di Madinah.
Semoga, di hari raya Idul Fitri ini, sikap kita dalam menjalin silaturahmi dan ukhuwah Islamiyyah, tidak lepas dari sikap Al Wala dan Al Bara. Amien. [].